2.1. Pengertian Etika
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlaq), kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq, nilai mengenai nilai benar dan salah, yang dianut suatu golongan atau masyarakat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989)
Seorang ahli dibidang ini yaitu Suseno pada tahun 1987 menyebutkan bahwa etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral.


Etika sebenarnya lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan tingkah laku manusia
Menurut para ahli etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesame dan menugaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazimnya disebut juga etik berasal dari kata Yunani yang berarti : nirma-norma , kaidah-kaidah, dan ukuran –ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Dalam berpacaran manusia dengan manusia yang berbeda jenisnya pun harus saling melakukan interaksi sosial.Bila menunjukkan ketertarikan tersebut maka mereka yang menjalaninya harus bisa bertanggung jawab akan suatu hal baik itu menyenangkan hati pasangan,mengerti satu sama lain maupun saling setia.Menurut saya ada etika-etika berpacaran yang harus dijalani saat ini,supaya mereka yang berpacaran masih dibawah norma.



2.2. Etika Pacaran Menurut Agama Islam
      Pacaran adalah sebuah masa dimana seorang lelaki melakukan perkenalan yang lebih mendalam kepada seorang wanita yang bertujuan untuk mencapai tingkat hubungan yang lebih serius yaitu pernikahan. Dengan kata lain, pacaran merupakan syarat utama untuk mencapai hubungan pernikahan.
Namun, tak semua pihak menyetujui statement diatas. Dalam agama Islam justru tidak disebutkan adanya fase pacaran sebelum pernikahan. Malah, Islam mengharamkan adanya pacaran. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana calon pengantin bisa mengenal lebih jauh pasangannya? Bila sepasang manusia berlawanan jenis bertemu dan langsung melakukan hubungan pernikahan, yang berarti hidup bersama, tinggal satu rumah, tidur, makan dan beraktivitas bersama-sama, tentu mereka harus mengenal satu sama lain terlebih dahulu. Tidak akan mungkin mereka baru mengenal pasangan mereka baru setelah mereka berumah tangga. Bagaimana kalau tidak cocok?
Benar sekali per nyataan islam bahwa pacaran adalah haram. Pacaran adalah budaya dan peradaban jahiliah yang dilestarikan oleh orang-orang kafir negeri barat dan lainnya. Kemudian diikuti oleh sebagian remaja dengan dalih mengikuti perkembangan jaman dan sebagai cara untuk mencari pasangan hidup. Berkumpulnya perempuan dan laki-laki yang bukan muhrim, pegaulan, bebas dan pacaran adalah fitnah (cobaan) dan mafsadah bagi manusia secara umum, dan umat muslim secara khusus. Maka perkara tersebut tidak bisa lagi ditoleransi lagi seperti kehancuran bani Israil yang berasal dari fitnah (cobaan) wanita.
Islam melarang umatnya melakukan hubungan pacaran karena terdapat berbagai syariat seperti:
a)      Ikhtilat, yaitu bercampur-baurnya antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.
b)      Khalwat, yaitu berduanya laki-laki dan perempuan tanpa mahram.
c)      Berbagai bentuk perzinaan anggota tubuh seperti yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu’ alaihi Wasallam dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu :
”telah ditulis bagi setiap Bani Adam baginya dari zina, pasti dia akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah (lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara kalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluanlah yang membenarkan atau mendustakan”

Islam berani memberikan pantangan dalam melakukan hubungan pacaran, berarti islam telah memberikan jalan lain untuk proses perkenalan calon pengantin sebelum proses pernikahan.
Dalam Islam, dikenal istilah ta’aruf yang sering diartikan sebagai perkenalan. Jika dihubungkan dengan pernikahan, maka ta’aruf adalah proses saling mengenal antara calon laki-laki dengan perempuan sebelum proses khitbah atau pernikahan. Karena itu, perbincangan dalam ta’aruf menjadi sesuatu yang penting sebelum melangkah ke proses selanjutnya. Pada tahapan ini, setiap calon pasangan dapat saling mengukur diri. Berikut yang harus diungkapkan kepad calon saat ta’aruf:
1.         Keadaan Keluarga
Dalam ta’aruf kita bisa menjelaskan tentang keluarga kepada calon, gunanya agar calon mengetahui silsilah keluarga kita. Misalnya berapa jumlah saudara, anak keberapa, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.
2.         Harapan dan Prinsip Hidup
Warna kehidupan kelak ditentukan dengan visi misi suatu keluarga, terutama suami sebagai qowwan dalam suatu keluarga. Sebagai pemimpin, ia seperti nakhoda yang menjalankan biduk rumah tangga. Karena itu, setiap calon pasangan nantinya bisa sejalan.
3.         Kesukaan dan Ketidaksukaann
Dari awal sebaiknya dijelaskan apa yang disukai dan yang tidak disukai dan yang tidak disukai. Agar dalam berumah tangga dapat saling memahami. Namun tidak dianjurkan terjadi perubahan sikap maupun kepribadian aknya perubahan yang terjad, hendaknya terjadi secara natural dan tidak memaksa.
4.         Ketakwaan Calon Pasangan
Ketakwaan adalah hal terpenting yang dibahas dalam ta’aruf. Dengan mengetahui ketakwaan calon pasangan, akan menjadi suatu keputusan untuk meneruskan ke proses pernikahan atau tidak.

Namun ta’aruf hanyalah proses perkenalan belum ada ikatan untuk kelak akan menikah, kecuali telah masuk proses khitbah. Tapi dengan alas an itu, terkadang itu menjadi sebuah ‘penyakit’ yang menjangkiti beberapa kaum remaja.




DOWNLOAD MAKALAH LENGKAPNYA DISINI
0 Responses